Enter your keyword

Selasa, 09 Juli 2013

Program IPB Goes To Field di Desa Tuwel

Program IPB Goes To Field (IGTF) di Desa Tuwel2013
Oleh: Jeffry Kurniwan

Kondisi Umum Wilayah

Desa Tuwel merupakan salah satu desa yang berada di kaki Gunung Slamet tepatnya di kecamatan Bojong , Kabupaten Tegal yang terletak sektar 30 km sebelah selatan Kota Slawi dan jarak dari pusat pemerintahan kecamatan sekitar 4 km. Kondisi wilayah desa Tuwel berada di ketinggian 1000 m di atas permukaan laut dan memiliki suhu antara 15oC sampai 25oC. Berdasarkan data dari kantor kepala desa Tuwel luas wilayah desa Tuwel yaitu 602.2973 km2 dan berdasarkan data dari gapoktan Budi Luhur luas wilayah desa Tuwel yaitu 557.900 km2 dengan rincian sebagai berikut :

a.       Tanah sawah
-          Irigasi teknis                                              272.930 km2
-          Irigasi sederhana                                        61.030 km2
b.      Tanah Kering
-          Pekarangan, bangunan, dan lain-lain          61.000 km2
-          Tegalan atau kebun                                   120.000 km2
c.       Lain-lain
-          Sungai, makam, jalan, dan lain-lain            42.670 km2

Berdasarkan hasil wawancara dengan sesepuh desa Tuwel yaitu Bapak H. Irham dan Kepala Desa Tuwel didapatkan informasi bahwa sejarah desa Tuwel dulunya merupakan suatu daerah kawasan hutan yang masih sangat sedikit didiami orang. Kemudian ada seorang wali yang bernama Mbah Rindhik yang konon berasal dari wilayah Purbalingga. Beliau datang ke desa Tuwel bersamaan dengan datangnya Ki Gede Sebayu (pendiri Kabupaten Tegal). Mbah Rindhik kemudian menancapkan batu besar dan memberi nama desa ini dengan nama desa Tuwel. Batu tersebut sekarang disebut sebagai Batu Sakti. Setelah itu, semakin banyak penduduk yang sampai sekarang diyakini masyarakat berasal dari satu keturunan yaitu dari Mbah Rindhik. Saat ini desa Tuwel dipimpin oleh seorang Kepala Desa sekaligus tokoh masyarakat dan ulama yang merupakan Kepala Desa ke tujuh. Beliau bernama Ustadz Agus Salim. Perekonomian desa Tuwel mulai berkembang pada tahun 1970 terutama ditunjang oleh sektor pertanian. Saat itu komoditi bawang putih menjadi komoditi andalan sehingga desa Tuwel menjadi salah satu sentra penghasil bawang putih terbesar di Indonesia.

Batas-batas wilayah desa Tuwel yaitu : sebelah utara (desa Bojong), sebelah timur (desa Rembul dan desa Karang Mulya), sebelah barat (desa Guci, kecamatan Bumijawa), sebelah barat (kecamatan Bumijawa). Penduduk desa Tuwel berjumlah 8680 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4328 jiwa dan perempuan berjumlah 4352 jiwa yang seluruhnya menganut agama Islam. Penduduk desa Tuwel 90% bermatapencaharian sebagai petani selebihnya menjadi pembuat batako, PNS serta pedagang.  Kondisi jaringan internet hanya dapat diakses melalui warnet yang hanya berjumlah duatempat dengan jam buka yang sangat terbatas disebabkan kondisi masyarakatnya yang agamis. Penduduk desa Tuwel  sudah dapat mengakses internet lewat telepon selular terutama kalangan muda, sedangkan kalangan tua susah untuk dapat mengakses internet lewat telepon selular. Petani di desa Tuwel sebagian tergabung dalam kelompok-kelompok tani dan sebagian lagi tidak berminat bergabung dengan kelompok tani dengan berbagai alasan terutama alasan birokrasi dan banyak petani yang tidak ingin repot. Para petani di desa Tuwel terdiri dari petani yang mempunyai lahan garapan sendiri, lahan sewaan serta buruh tani. Di desa Tuwel ini mempunyai 13 kelompok tani serta satu Kelompok Wanita Tani yang tergabung dalam satu Gapoktan Budi Luhur.

Berdasarkan data inventaris Gapoktan Budi Luhur desa Tuwel, diperoleh data sebagai berikut :

Tanggal berdiri : 1 Januarai 2008
Jumlah anggota : 350 orang
Luas areal : 400 Ha

Potensi produksi pangan :
-          Gabah pertahun 1600 ton
-          Jagung pertahun 1500 ton
Potensi Hortikultura :
-          Sayuran pertahun 11000 ton
-          Buah 100 ton
-          Biofarmaka 4000 ton
Kemampuan daya beli gapoktan :
-          Gabah 50 ton
-          Jagung 20 ton
-          Sayuran 500 ton
-          Biofarmaka 50 ton
-          Buah 10 ton

Pelaksanaaan Kegiatan

Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah melakukan observasi desa, social mapping serta bersosialisasi dengan masyarakat desa Tuwel. Kemudian kami melakukan pendekatan serta menggali informasi lebih banyak tentang kondisi pertanian desa Tuwel serta sarana dan prasarana jaringan internet yang akan menunjang program IGTF. Kami juga berkunjung ke klinik pertanian desa Tuwel yang berada di depan SMA N 1 Bojong untuk mengetahui kegiatan rutin yang dilakukan oleh Klinik Pertanian.

Pelaksanaan sosialisasi tentang internet sehat serta Cyber Extentiondilakukan bersama desa-desa lain di kantor kecamatan  Bojong dengan mengundang perwakilan warga kalangan petani dari masing-masing desa. kegiatan ini dilanjutkan dengan kunjungan tim dosen IGTF ke lahan salah satu petani cabai dan daun bawang yang saat itu tanamannya sedang terserang penyakit layu. Kegiatan ini diliput oleh TV Jogja untuk melakukan publikasi dalam skala yang lebih besar.

Tim IGTF desa Tuwel juga melakukan pelatihan pembuatan fan pagekepada salah satu pengurus desa vokasi yang sekaligus merangkap sebagai sekretaris Kelompok Wanita Tani sebagai sarana pemasaran produk-produk olahan pangan. Produk-produk yang telah dihasilkan yaitu TORAKO (Tomat rasa Korma), KODATO (Korma dari Tomat), COKOLAS (Coklat dari Talas), keripik Tempe dan beberapa produk lain. Oleh-oleh khas desa Tuwel tersebut sangat potensial untuk dipasarkan dalam skala lebih luas melalui fanpage di intenet dengan nama fanpage OGGITU yang merupakan singkatan dari Oleh-oleh Guci Gaweane Ibu-ibu Tuwel (oleh-oleh khas guci buatan ibu-ibu Tuwel).

Tim IGTF desa Tuwel juga memembantu program KRPL (Komonitas Rumah Pangan Lestari) dalam hal informasi tentang cara bertanam sayuran dalam pot. KRPL merupakan program dari Kementrian Pertanian dengan sasaran ibu-ibu rumah tangga dengan menanam berbagai macam sayuran agar dapat memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit sehingga nantinya dapat terwujud pangan yang lestari bagi keluarga.

Pertemuan dengan perwakilan anggota Gapoktan Budi Luhur desa Tuwel juga dilaksanakan guna mengenalkan dan membahas lebih lanjut tentang Cyber Extention di desa Tuwel dengan membuatkan akun facebook untuk Gapoktan yang nantinya akan dimasukan ke dalam komunitas Cyber Extention bentukan IPB.

Kegiatan sosialisasi internet sehat untuk kalangan anak-anak dan remaja dilaksanakan bekerjasama dengan komunitas Taman Baca Masyarakat Tiga Surau dan mendapat sambutan yang baik dari para peserta. Dalam kegiatan tersebut juga disisipkan imbauan kepada generasi muda untuk dapat berperan bagi masyarakat petani di desa Tuwel dengan aktif mencari informasi-informasi lewat internet yang berkaitan dengan pertanian.

Gabungan Tim IGTF dari masing-masing desa juga melakukan pertemuan untuk membahas progres masing-masing desa setiap minggunya, pertemuan dilakukan setiap hari Sabtu di desa Bojong. Pertemuan tersebut juga bertujuan untuk saling sharing informasi antar tim IGTF masing-masing desa serta informasi-informasi lain yang berkaitan dengan program Cyber Extention.

Tim IGTF desa Tuwel juga mengikuti Temu Lapang petani bawang putih se-Kabupaten Tegal yang dihadiri oleh kepala Dinas Tanbunhut yaitu Ir. Khofifah. Dalam pertemuan tersebut membahas usaha untuk merintis kembali berjayanya komoditas bawang putih lokal di kabupaten Tegal dengan sentra di kecamatan Bojong dan Bumijawa. Program dari pemerintah yang telah diberikan pada tahun 2013 ini yaitu bantuan benih bawang putih seluas 100 Ha kepada 5 kelompok tani di dua kecamatan masing masing yaitu :

-          Kecamatan Bojong (60 Ha) :
·         Desa Tuwel (kelompok tani Berkah Tani dan Bina Usaha)
·         Desa Rembul (kelompok tani Prima Tani)
-          Kecamatan Bumijawa (40 Ha) :
·         Desa Bumijawa (kelompok tani Tani Terus)
·         Desa Cintamanik (kelompok tani Ampel)

Tim IGTF desa Tuwel berdasarkan instruksi dari Bappeda Kabupaten Tegal telah membentuk komunitas Cyber Extention untuk bergabung dengan Cyber Extention Kecamatan Bojong. Komunitas Cyber Extention desa Tuwel dengan susunan pengurus ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.

Rekapitulasi Survei Social Mapping

Berdasarkan wawancara hasil social mapping di desa Tuwel didapatkan hasil bahwa dari 11 orang petani, petani yang menyukai profesi sebagai petani berjumlah 8 orang, petani yang merasa biasa saja berjumlah 2 orang, petani yang kurang suka berprofesi sebagai petani berjumlah 1 orang. Petani yang menganggap profesi petani berat berjumlah  4 orang, petani yang merasa pekerjaan petani sedang-sedang saja berjumlah 4 orang, petani yang merasa pekerjaan petani ringan berjumlah 3 orang. Petani yang merasa bergengsi menjadi seorang petani berjumlah 4 orang, petani yang merasa biasa saja berjumlah 6 orang.

Petani yang menginginkan semua anaknya bekerja diluar bidang pertanian berjumlah 7 orang. Petani yang menginginkan anaknya bekerja sebagai petani dan diluar pertanian berjumlah 4 orang. Petani yang menginginkan semua anaknya bekerja menjadi petani berjumlah 1 orang. Petani yang menyerahkan sepenuhnya pilihan pekerjaan anak-anaknya berjumlah 8 orang. Petani yang tidak ingin anak-anaknya menjadi petani berjumlah 2 orang.

Penduduk desa Tuwel yang berprefesi sebagai petani sebanyak 75%. Petani yang menjadikan kegiatan bertani sebagai pekerjaan utama berjumlah 5 orang. Petani yang berprofesi sebagia petani serta mempunyai usaha lain berjumlah  6 orang. Petani yang merasa pekerjaan bertani dapat mencukupi kebutuhan hidupnya berjumlah 9 orang. Petani yang pekerjaan bertani telah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan hidupnya berjumlah 1 orang. Petani yang merasa pekerjaan petani kurang memenuhi kebutuhan hidupnya berjumlah 1 orang.

Petani yang memiliki proporsi penghasilan dari bertani sebesar 50% sebanyak 2 orang, proporsi sebesar 75% sebanyak 1 orang, proporsi 60% sebanyak 2 orang, proporsi sebesar 45% sebanyak 1 orang, proporsi sebesar 100% sebanyak 5 orang. Petani yang memilkiki sumber penghasilan diluar bertani dari kiriman anak-anak mereka sebanyak 3 orang, dari usaha lain sebanyak 7 orang, dari usaha lain sekaligus kiriman uang dari anak-anak mereka sebanyak 1 orang.

Menurut pendapat 11 petani yang diwawancarai menganggap kondisi ekonomi masyarakat petani desa Tuwel 10 tahun yang lalu berada pada level 8 (jauh lebih tinggi dari level saat ini yaitu 5) disebabkan  komoditi utama bawang putih di desa Tuwel sangat maju serta perhatian pemerintah terhadap produk pertanian dalam negeri masih sangat tinggi. Untuk saat ini, kondisi ekonomi masyarakat petani di desa Tuwel sedang mengalami kelesuan namun dalam upaya bangkit kembali. Diperkirakan untuk 5 tahun ke depan akan sama bahkan lebih baik lagi.

Jalur tata niaga hasil-hasil pertanian di desa Tuwel yaitu hasil panen petani dibeli oleh pengepul dengan sistem tebas di lahan. Penentuan harga ditentukan oleh pengepul dan petani sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Ada juga yang langsung menjual ke pasar namun dalam jumlah yang lebih kecil. Masalah yang dihadapi para petani yaitu sulitnya pemasaran hasil panen karena terkadang harga komoditi jatuh di pasaran, begitu juga informasi harga di kalangan petani yang tidak stabil disebabkan kurangnya harga pasar yang memihak kepada petani, serta teknologi dan mesin-mesin pertanian yang ada di pasaran tidak cocok dengan topografi daerah pertaniannya.

Pekerjaan bertani di lahan yang hanya dikerjakan oleh kepala keluarga (seorang ayah) saja berjumlah 3 orang, pekerjaan bertani yang dikerjakan oleh kepala keluarga dan dibantu oleh ibu berjumlah 5 orang, opekerjaan bertani yang dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak yang sudah tidak bersekolah berjumlah 3 orang.

Kesibukan petani secara umum di desa Tuwel setiap bulannya selam setahun tidak menentu. Hal ini disebabkan pola tanam komoditi sayuran tidak pasti sehingga para petani yang menanam sayuran bulan-bulan sibuknya aktifitas bertani di ladang tidak dapat diprediksi, kecuali petani yang menanam padi sudah ditentukan oleh musim tanam setelah musim hujan. Kegiatan para petani desa Tuwel diluar kesibukan bertani yaitu beternak, mencari penghasilan di objek wisata Pemandian Air Panas Guci, serta jalan-jalan naik gunung.

Menurut para petani, agar mereka bisa bertani, 4 orang berpendapat  tidak perlu bersekolah, 4 orang berpendapat perlu sekolah khusus pertanian, 3 orang berpendapat cukup sekolah umum saja. Petani desa Tuwel mendapatkan pedoman cara bertani dari kebiasaan turun temurun sebanyak 5 orang, melakukan penelitian dan coba-coba sendiri sebanyak 5 orang, serta dari penyuluhan sebanyak 1 orang. Dukungan yang paling dibutuhkan oleh para petani desa Tuwel adalah pengetahuan tentang hama penyakit, budidaya tanaman, benih yang bersertifikat, ketersediaan alat dan mesin pertanian yang mendukung daerah dengan topografi pegunungan, serta informasi penjualan hasil dan sarana produksi pertanian. Dukungan yang berkaitan dengan kelompok tani dan gapoktan di desa Tuwel sudah maju, namun terdapat sebagian petani yang tidak bersedia masuk dalam kelompok tani/gapoktan disebabkan oleh mekanisme dan birokrasi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Tanggapan para petani desa Tuwel mengenai masa depan pertanian di desa Tuwel, yaitu : 3 orang berpendapat pertanian desa Tuwel akan tetap saja dengan berbagai alasan karena produksi komoditi sayuran di daerah ini tetap walau harga komoditi tidak stabil dan dalam hal hama penyakit semakin banyak namun obat-obatannya kurang dan masih bergantung pada sistem budidaya pertanian tradisional, 7 orang berpendapat masa depan pertanian desa Tuwel akan bertambah maju dengan alasan tidak adanya lahan pertanian yang terbengkalai karena sudah banyak lahan pertanian yang disewakan, sudah banyak yang bersedia menjadi petani, serta dengan adanya penemuan varietas uanggul dari perguruan tinggi pertanian penanaman komoditi pertanian dapat dilakukan 3 kali dalam setahun, dengan adanya penemuan alat teknologi yang maju dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan petani. Kunjungan presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta ibu negara ke kelompok tani yang ada di desa Tuwel dan program pemerintah yang memberikan 100 Ha benih bawang putih gratis juga berpengaruh besar dalam upaya membangkitkan kembali kejayaan desa Tuwel yang menjadi sentra komoditi bawang putih di wilayah Tegal.

Harapan para petani desa Tuwel yaitu :

-          Komoditi bawang putih dapat berjaya berkembali dan dapat menjadi andalan desa Tuwel,
-          Penyuluhan lebih digiatkan dengan harapan penyuluh dapat memberi informasi unsur hara yang terkandung di dalam tanah, kondisi pH tanah sehingga aplikasi pemberian pupuk dapat lebih efisien,
-          Petani kubis mengharapkan ada bantuan obat untuk membasmi hama ulat dan pengetahuan tentang hama penyakit dari pemerintah,
-          Adanya pengawasan dari dinas pertanian agar dapat mengurangi pengoplosan benih yang tidak bermutu sehingga petani tidak rugi,
-          Adanya bantuan dari perguruan tinggi berupa alat pertanian yang dapat dijangkau harganya oleh petani serta sesuai untuk lahan dengan topografi pegunungan untuk mempermudah pekerjaan petani mengolah lahan.
-          Adanya informasi tentang pertanian yang dapat diakses secara mudah serta adanya standarisasi minimal harga komoditas pertanian agar petani mendapatkan kepastian pendapatan serta dapat memperlancar distribusi hasil pertanian.

Sumber: Blog Jeffry Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel