Enter your keyword

Sabtu, 01 Juli 2017

Tribute to Wakil Bupati Tegal Umi Azizah, Wanita Hebat dari Desaku

Tribute to Wakil Bupati Tegal Umi Azizah, Wanita Hebat dari Desaku
Oleh: Nur Mustofa Kamal

Wa kaji Zizah, demikian aku memangilnya. Panggilan akrab khas kampung buat wanita yang lebih tua dari ibu kami anak anak kampung di kaki Gunung Slamet, tepatnya desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Berjarak 500 meter dari rumahku ke kediamannya membuat aku faham dengan keluarga beliau di kompleks Ponpes Nurul Khikmah, apalagi sejak kelas 4 SD aku sudah dititipkan untuk belajar ngaji di Ayahanda beliau almaghfurlah KH. Zaenal Arifin.


Beranjak saat aku sekolah di MTs Hasyim Asyari Bojong dimana saat itu Wa Kaji Zizah yang mempunyai nama lengkap Dra. Umi Azizah menjadi Ibu Guru mapel PMP Pendidikan Moral Pancasila lulusan terbaik di Universitas Diponegoro (UNDIP) jurusan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Tahun 1985, pada saat itu  Umi Azizah dinyatakan lulus dan menjadi wisudawati terbaik FISIP UNDIP. Atas prestasinya, beliau ditawari untuk menjadi dosen di Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya.

Tawaran untuk menjadi dosen ditolaknya karena beliau merasa terpanggil untuk mengabdikan diri di tempat kelahirannya,hal tersebut dilakukannya secara nyata dengan keaktifanhnya di Banom NU Fatayat dan Muslimat yang beliau tapaki dari level terendah sampai menjadi pengurus Muslimat beberapa periode di tingkat Cabang Tegal. Kembali ke kiprah beliau di dunia pendidikan di Mts Hasyi Asyari Bojong, semuanya Mafhum bahwa Wa Kaji Zizah bersama sang suami Drs. Djazeri Sahlan adalah pendiri dan pengurus yayasan Hasyim Asyari adalah bentuk keprihatinan beliau akan pendidikan menengah pertama yang dimiliki NU, beliau keluar dari zona nyaman sebagai putri dari seorang Kyai pendiri dan pengasuh ponpes sekaligus ibu rumah tangga dari keluarga mampu yang tetap sederhana dalam ngurusin ummat.

Saya masih ingat saat itu wa kaji bersama dewan Yayasan Hasyim Asyari mengeluarkan kebijakan bebas biaya sekolah buat siswa yang berprestasi dari rangking 1 sampai rangking  3, sehingga saat itu menjadi salah satu pemicu semangat siswa siswi dari daerah pinggiran Kecamatan Bojong dan Kecamatan Bumijawa untuk tetap melanjutkan pendidikan sampai menengah pertama. Lokasi sekoah tersebut bisa dilihat dari kantor kecamatan Bojong -+ 500 meter sebelah kanan jalan dari arah kantor kecamatan jurusan obyek wisata Guci.

Siapa yang mengira dulunya MTs Hasyim Asyari hanya menumpang dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar siswanya  di Madrasah Ibtidaiyah Bojong tersebut kini bisa memiliki gedung dan ruang kelas bertingkat dengan siswa siswinya yang berjumlah banyak dan mempunyai prestasi di tingkat kabupaten dan wilayah Jawa Tengah? Wa Kaji Zizah punya andil besar disitu.sampai saya lulus dari situ beliau bersama sang suami tidak pernah mengambil honor maupun gaji dari yayasan yang beliau dirikan tersebut sampai sekarang!

Masih ingat dalam ingatanku saat beliau melakukan ibadah haji yang kedua -+6 tahunan yang lalu, saat melepas keberangkatan beliau ke tanah suci, beliau diantar ribuan orang berjalan kaki dari kediaman beliau menuju Masjid Baitussolikhin yang berjarak 1 km untuk melakukan ritual pamitan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci, sebuah fenomena yang langka buat kami warga kampung, fenomena yang ada hanya saat pelayat memberikan penghormatan terakhir almarhum ayahanda dan almarhum suami beliau saat disemayamkan.sebuah bentuk kecintaan warga dan kerabat terhadap beliau dan keluarga beliau atas jasa dan perjuangan duriyah ini terhadap ummah.

Wa Kaji zizah bukan hanya sukses sebagai organisator dan single parent yang berhasil mengirim putra putrinya kejenjang pendidikan yang tinggi untuk ukuran wong deso (2 putranya wisudawan S1,dan 1 putranya wisudawan S2) adalah keberhasilan beliau untuk ukuran warga desa dari kaki gunung Slamet. Dari Saudi sempat saya ikuti perkembangan  pencalonan beliau oleh para kyai Tegal untuk maju mendampingi dalang kondang Ki Enthus sebagai Cabup dan Cawabup Tegal,beliau dicantumkan dengan cawabup yang memiliki daftar kekayaan _+500 Juta. Saya yakin kekayaan beliau terbesar berasal dari nilai jual tanah yang beliau miliki dari peninggalan Ayah dan Suami tercinta yang berupa sawah pertanian dan tanah bangunan yang beliau punya karena nilai jual yang tinggi karena posisi tanah dan bangunan tersebut terletak di jalan utama Obyek Wisata Guci.

Kalau orientasi beliau hanya matrialitis saya yakin beliau tidak akan memilih menjadi aktifis sosial. Pernah di suatu ketika saat aku bersama pengurus Ansor dan Banser PAC. Bojong bersilaturokhim di kediamannya, beliau berkata, "Keadaan ekonomi keluarga besar KH. Zaenal Arifin cenderung susah saat Almarhum Bapak dan almarhum Suami saya masih aktif menjadi anggota DPRD Kab.Tegal, kami bisa bangkit secara ekonomi saat Ayahnda dan Suami kembali penjadi petani."

Di dalam kehidupannya sebagai petani desa, keluarga beliaupun teguh untuk tidak menggunakan dana pertanian bantuan pemerintah yang rentan penyelewengan. Proses Pencalonan beliau kali ini sebagai calon wakil bupati sepertinya pengulangan sejarah saat beliau didawuhi Kyai Ponpes Al Falah Kediri untuk maju menjadi CaWabup independen mendampingi Cabup Sugeng Suwardi (Hamas) yang saat itu berhasil mengumpulkan 16.000 KK dan KTP sebagai syarat dukungan maju menjadi Cabup dan cawabup dari jalur independen,ajaib saat verivfkasi di KPU Kabupaten pasangan tersebut tidak lolos proses verifikasi.Kali ini melalui Proses yang sama beliau didawuhi untuk maju lagi menjadi cawabup dari kyai sepuh NU mendampingi Ki Enthus dengan menggunakan jalur partai.

Mengamini apa yang ditulis relawan Ikhlas Drs. Umi Azizah disebuah jejaring sosial bahwa, "Tak pernah ada keinginan sedikit pun dari Umi Azizah untuk maju menjadi Calon Bupati, Calon Wakil Bupati(Wabup), Calon Legislatif (Caleg) atau jabatan lain di pemerintahan. Baginya pengabdian untuk masyarakat dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk tanpa harus menduduki jabatan tertentu.  Saat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) baru berdiri, ia terlibat aktif hanya sebagai juru kampanye (jurkam) terutama menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 1999.Tawaran untuk aktif menduduki jabatan struktural di partai atau menjadi caleg beliau tampik karena beliau tetap ingin mengabdi dan berjuang untuk masyarakat tanpa harus terlibat dalam aktivitas politik. Kini karena beliau dianggap kader yang mumpuni dan mampu mengemban amanah para Kyai untuk maju sebagai Calon Wakil Bupati Kabupaten Tegal mendampingi Ki Enthus Susmono, maka tidak ada alasan lain baginya selain sam'an watha’atan (mendengar dan taat) dengan dawuh para kyai yang selalu menjadi panutan."

Di akhir tulisan ini saya berdoa semoga Wa Kaji Zizah diridloi oleh Nya menjadi Orang Gunung, orang desa yang amanah menjadi Wabup Tegal. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel